Indonesia Merdeka

Posted on

Orientasi:

Namaku Sanusi, saat itu umurku masih sekitar 14 tahun. Tepat di tanggal 17 Agustus 1945, saat itu juga bertepatan dengan bulan Ramadhan, sehingga aku, ayah dan adikku keluar rumah tidak karena kami sedang menjalankan ibadah puasa. Kami keluar pukul rumah pukul 09.00 pagi, namun tidak seperti biasanya jalan-jalan di sekitar rumahku sepi dari lalu lalang warga.

Urutan Peristiwa:

Sebenarnya aku heran, namun aku diam saja dan terus berjalan mengikuti ayahku dan ternyata ayahku membawa aku dan adikku ke sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56. Dari jauh saja sudah terlihat bahwa di sekeliling rumah bercat putih dengan tiang bendera dari bambu itu sudah ramai dipenuhi banyak orang.

Melihat banyak orang berkumpul seperti itu tentu saja semakin menambah rasa penasaran dalam diriku. Ada banyak pemuda yang berbaris rapi, serta banyak pula memasukkan tamu undangan yang duduk dengan rapi di deretan kursi yang telah disediakan. Sementara itu, pada bagian luar rumah sudah berkumpul masyarakat dari berbagai kalangan.

Hampir semua masyarakat yang berkumpul di sekitar rumah tersebut membawa bambu runcing, batu, sekop, parang, golok, dan berbagai barang yang bisa dijadikan senjata. Segala benda yang dibawa oleh mereka seakan menggambarkan tekad mereka untuk berani mati kemerdekaan kemerdekaan Indonesia.

Saat aku, ayah dan adikku semakin mendekat ke area rumah itu, semakin terdengar seruan masyarakat yang berteriak-teriak “Sekarang, Bung, Sekarang! Segera nyatakan sekarang ”.

Masyarakat masyarakat memang sudah tidak sabar menunggu dan tentu saja seruan itu juga menunjukkan mereka terhadap tentara Jepang. Mereka khawatir Jepang akan menghalangi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tak lama kami menunggu, akhirnya dari dalam rumah keluar dua orang berkemeja putih. Salah satu di antara orang yang keluar dengan membawa selembar kertas dan dengan tegas, beliau membacakan isi dari kertas yang menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Reorientasi:

Mendengar teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu aku sangat terharu. Aku tidak menyangka di usiaku yang baru 14 tahun waktu itu, aku menyaksikan sebuah peristiwa besar dalam perjalanan Indonesia. Aku sangat bangga dapat menjadi bagian dari kemerdekaan bangsaku yang tercinta ini.

Aku berharap semoga rakyat Indonesia bisa bersatu seperti saat masa-masa perjuangan Indonesia melawan penjajah. Semoga satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia akan terus bertahan selamanya. Setelah Proklamasi dibacakan itu, aku, ayah dan adikku pulang dengan rasa bahagia dan bangga sebab Indonesia sudah merdeka.

unsur kebahasaan teks cerita sejarah di atas ​

Indonesia Merdeka

Jawaban:

Sebenarnya aku heran, namun aku diam saja dan terus berjalan mengikuti ayahku dan ternyata ayahku membawa aku dan adikku ke sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56. Dari jauh saja sudah terlihat bahwa di sekeliling rumah bercat putih dengan tiang bendera dari bambu itu sudah ramai dipenuhi banyak orang.

Melihat banyak orang berkumpul seperti itu tentu saja semakin menambah rasa penasaran dalam diriku. Ada banyak pemuda yang berbaris rapi, serta banyak pula memasukkan tamu undangan yang duduk dengan rapi di deretan kursi yang telah disediakan. Sementara itu, pada bagian luar rumah sudah berkumpul masyarakat dari berbagai kalangan.

Hampir semua masyarakat yang berkumpul di sekitar rumah tersebut membawa bambu runcing, batu, sekop, parang, golok, dan berbagai barang yang bisa dijadikan senjata. Segala benda yang dibawa oleh mereka seakan menggambarkan tekad mereka untuk berani mati kemerdekaan kemerdekaan Indonesia.

Saat aku, ayah dan adikku semakin mendekat ke area rumah itu, semakin terdengar seruan masyarakat yang berteriak-teriak “Sekarang, Bung, Sekarang! Segera nyatakan sekarang ”.

Masyarakat masyarakat memang sudah tidak sabar menunggu dan tentu saja seruan itu juga menunjukkan mereka terhadap tentara Jepang. Mereka khawatir Jepang akan menghalangi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tak lama kami menunggu, akhirnya dari dalam rumah keluar dua orang berkemeja putih. Salah satu di antara orang yang keluar dengan membawa selembar kertas dan dengan tegas, beliau membacakan isi dari kertas yang menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Namaku Sanusi, saat itu umurku masih sekitar 14 tahun. Tepat di tanggal 17 Agustus 1945, saat itu juga bertepatan dengan bulan Ramadhan, sehingga aku, ayah dan adikku keluar rumah tidak karena kami sedang menjalankan ibadah puasa. Kami keluar pukul rumah pukul 09.00 pagi, namun tidak seperti biasanya jalan-jalan di sekitar rumahku sepi dari lalu lalang warga.m

Mendengar teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu aku sangat terharu. Aku tidak menyangka di usiaku yang baru 14 tahun waktu itu, aku menyaksikan sebuah peristiwa besar dalam perjalanan Indonesia. Aku sangat bangga dapat menjadi bagian dari kemerdekaan bangsaku yang tercinta ini.

Aku berharap semoga rakyat Indonesia bisa bersatu seperti saat masa-masa perjuangan Indonesia melawan penjajah. Semoga satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia akan terus bertahan selamanya. Setelah Proklamasi dibacakan itu, aku, ayah dan adikku pulang dengan rasa bahagia dan bangga sebab Indonesia sudah merdeka.

semoga bermanfaat