Jelaskan alasan rambutan di jakarta dinamakan rambutan rupiah!plis bantu kak

Posted on

Jelaskan alasan rambutan di jakarta dinamakan rambutan rupiah!plis bantu kak

Jawaban:

Ini berasal dari riwayat zaman dahulu di di daerah Betawi yaitu seorang Nyai yang bernama Rapi'ah yang memiliki pohon rambutan yang sangat enak rasa buahnya. Buahnya manis, sangat lezat dan daging buahnya gampang terkelupas atau ngelotok. Pokoknya buah rambutan milik Nyi Rapi’ah pada saat itu kagak ada yang ngejabanin alias tak ada yang menandingi kualitasnya. Sampai sampai para tengkulak rela antri untuk mendapatkannya walau harganya sudah di naikan berlipat lipat.

Lama lama Rapi'ah menjadi Rupiah

Penjelasan:

Ada sedikit riwayat mengenai buah rambutan rapiah yang menjadi lambang flora kota Jakarta Selatan.

Alkisah, pada jaman dulu di daerah Pasar Minggu ada seorang perempuan tua tinggal disana. Namanya Rapi’ah. Seperti orang-orang Betawi pada umumnya, orang-orang yang mengenal dia memanggilnya dengan sebutan Nyai atau Nyi Rapi’ah.

Menurut kabarnya, Nyi Rapi’ah memiliki sebatang pohon rambutan yang sangat enak rasa buahnya. Buahnya manis, sangat lezat dan daging buahnya gampang terkelupas atau ngelotok. Pokoknya buah rambutan milik Nyi Rapi’ah pada saat itu kagak ada yang ngejabanin alias tak ada yang menandingi kualitasnya.

Buah rambutan milik Nyi Rapi’ah menjadi terkenal seketika pada masa itu. Sampai-sampai khalayak ramai yang menyukai buah rambutan memberikan julukan rambutan Rapi’ah. Sesuai dengan nama sang pemilik pohon rambutan tersebut.

Karena banyak peminatnya, Nyi Rapi’ah pada mulanya menjual rambutannya kepada para tengkulak dengan harga 3 sen seikatnya. Satu ikat berjumlah 20 buah rambutan. Harga 3 sen tersebut sama dengan harga rambutan jenis yang lainnya pada saat itu.

Lantaran laris manis di pasaran, tengkulak-tengkulak tersebut pada datang sendiri ke rumah Nyi Rapi’ah dan berani membeli kendatipun buah rambutan tersebut belum masak. Melihat gelagat para tengkulak, Nyi Rapi’ah kagak kalah cerdik. Dia menaikkan harga rambutannya menjadi 10 sen seikat. Sementara harga rambutan jenis yang lainnya masih tetap 3 sen.

Seiring berjalannya waktu, para tengkulak yang datang bukannya berkurang malah semakin bertambah. Saking melonjaknya permintaan akan buah rambutan miliknya, Nyi Rapi’ah terus menaikkan harganya. Hingga dijual dengan harga 1 sen per buah pun, para tengkulak tersebut masih tetap berani membelinya.

Selain membeli buahnya, ada sebagian orang yang ingin menanam sendiri pohon rambutan kepunyaan Nyi Rapi’ah tersebut. Menyikapi hal demikian, Nyi Rapi’ah juga menjual cangkokan pohon rambutannya. Harga yang dipatoknya untuk sebuah cangkokan sekitar 5 rupiah, sedangkan harga cangkokan rambutan jenis lain adalah 50 sen (Mingguan Djaja, 22 Juni 1963).

Semoga membantu dan tidak pula keliru