Jelaskan bagaimana angka laba berkaitan dengan harga saham?

Posted on

Jelaskan bagaimana angka laba berkaitan dengan harga saham?

Jawaban Terkonfirmasi

Hubungan laba dengan harga saham Penelitian Ball dan Brown (1968), yang menyimpulkan bahwa perubahan laba tahunan berkorelasi dengan return saham residual, menjadi awal banyak penelitian yang secara konsisten menemukan bukti hubungan tentang relevansi dan ketepatwaktuan (timeliness) laba akuntansi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan antara laba kejutan dengan return residual yang secara statistis signifikan. Metoda Ball dan Brown (1968) telah digunakan dalam banyak konteks yang berhubungan. Bukti-bukti empiris konsisten dengan keyakinan bahwa pengumuman laba merupakan informasi yang tepat waktu dan relevan bagi individu yang ada di pasar modal (Lev dan Ohlson, 1982). Pada akhir dasawarsa 1980-an perhatian penelitian beralih pada koefisien respon laba (earnings response coefficient ERC). Penelitian awal tentang ERC oleh Kormendi dan Lipe (1987), Easton dan Zmijewski (1989), dan Collins dan Kothari (1989) mengidentifikasi empat determinan ekonomik yang menentukan ERC. Keempat determinan perubahan harga atau koefisien respon laba adalah: persistensi laba, risiko, pertumbuhan, dan tingkat bunga. Kothari (2001), kemudian, merangkum setidaknya ada empat hipotesa yang menjelaskan besaran koefisien respon laba: (a) harga yang menuntun laba (prices lead earnings); (b) pasar modal yang tidak efisien; (c) gangguan (noise) pada laba dan kurang baiknya GAAP; dan (d) laba transitori. Para peneliti telah menggunakan berbagai rancangan penelitian untuk memisahkan keempat hipotesa di atas untuk menjelaskan lemahnya hubungan antara return dengan laba dan mengapa koefisien respon laba estimasian terlalu rendah dibandingkan dengan koefisien respon laba prediksian berdasarkan properti runtun waktu langkah acak laba tahunan. Hipotesa bahwa harga yang menuntun laba dan adanya laba transitori agaknya merupakan penjelasan yang paling dominan untuk hubungan return dengan laba dan untuk besaran koefisien respon laba yang diamati (Kothari, 2001). Walaupun laba diasumsikan mengikuti pola langkah acak, keberadaan komponen transitori pada laba telah lama diakui di dalam literatur (lihat, misalnya, Ou dan Penman, 1989a, b). Ada beberapa penyebab terjadinya laba transitori. Pertama, beberapa aktifitas bisnis, seperti penjualan aktiva, menghasilkan laba atau rugi yang hanya terjadi satu kali. Kedua, karena adanya ketidaksimetrisan informasi antara manajer dan orang luar, dan karena kemungkinan adanya tuntutan hukum, maka timbul angka-angka akuntansi yang konservatif (Kothari, 2001). Ketiga, motivasi manajerial yang berakar pada teori keagenan bisa menyumbang pada laba dan rugi transitori. Healy (1985), misalnya, menghipotesa dan membuktikan bahwa untuk pertimbangan kompensasi di dalam lingkungan pengkontrakan (contracting setting) yang berbiaya tinggi, manajer cenderung akan menghasilkan akrual diskresionari yang mengurangi level laba nondiskresionari atau melakukan “big bath” untuk melaporkan laba yang ekstrim. Keberadaan laba transitori menunjukkan bahwa manajer bisa memanipulasi laba. Keinginan memanipulasi laba ini seperti dijelaskan oleh Healy (1985) menunjukkan bahwa kualitas laba dipengaruhi oleh motivasi manajerial dalam melakukan pelaporan. Jika manajer, sebagai agen penghasil informasi, mengendalikan informasi untuk tujuan mereka, maka kualitas laba akan turun, khususnya jika kepentingan tersebut akan merugikan pemegang saham. Studi tentang Keinformatifan Laba Studi tentang keinformatifan laba menguji efek kejadian tertentu terhadap keinformatifan laba yang diukur sebagai ERC. Cho dan Jung (1991b) mengelompokkan penelitian tentang ERC dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah penelitian yang
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005 163 memfokuskan pada perubahan ketidakpastian laba