jelaskan.perkembangan sistem kepercayaan dari masyarakat beternak dan bercocok tanam sampai masyarakat pada masa perundagian

Posted on

jelaskan.perkembangan sistem kepercayaan dari masyarakat beternak dan bercocok tanam sampai masyarakat pada masa perundagian

Jawaban Terkonfirmasi

Sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang mempunyai
anggapan bahwa hidup tidak akan berhenti, walaupun orang sudah meninggal. Orang
mati dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik dan tenang dan orang yang
ditinggalkannya masih dapat berhubungan dengan yang berada di dunia lain.
Masyarakat berburu dan mengumpulkan diperkirakan juga mengenal upacara
penguburan sebab soal mati adalah soal kepercayaan dinamisme, yaitu adanya
benda yang dikeramatkan. Pada masa bercocok tanam, masyarakat sudah mengenal
kepercayaan gaib, yaitu kekuatan di luar kekuatan manusia, misalnya, gunung
meletus atau banjir. Mereka beranggapan adanya kekuatan alam yang luar biasa
pasti ada yang menggerakkan dan sedang murka. Mereka juga memuja arwah manusia
yang sudah meninggal. Menurut pendapat mereka, tempat roh itu sangat tinggi,
misalnya, di puncak-puncak gunung. Untuk turunnya roh nenek moyang, mereka
mendirikan bangunan batu besar (bangunan Megalitikum), dibuat dari batu yang
utuh dan dipahat dalam bentuk tertentu. Bentuk nyata dalam kepercayaan
masyarakat bercocok tanam, yaitu menyembah roh nenek moyang (animisme) dan
menyembah benda yang memiliki kekuatan gaib (dinamisme).

 

Masa bercocok tanam dan perundagian telah menghasilkan
bangunan megalit seperti menhir, dolmen, keranda, dan kubur batu. Dalam kubur
batu terdapat bekal kubur, yaitu bekal-bekal si mati selama perjalanan menuju
ke tempat alam baka. Selanjutnya keluarga yang ditinggal selalu bersesaji di
dolmen (tempat pemujaan roh), di atas dolmen terdapat menhir. Pemujaan roh
nenek moyang sangat penting dalam suatu kehidupan rohani pada masa itu.

 

Manusia purba telah mampu menghasilkan bangunan-bangunan
yang dibuat dari batu-batu besar dan digunakan dalam hubungannya dengan
kepercayaan zaman prasejarah atau dinamakan kebudayaan megalitikum, antara
lain:

 

1. Menhir. Adalah tugu dari batu tunggal. Berfungsi sebagai
tanda perigatan suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang.
Ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

2. Dolmen. Adalah sebuah meja batu. Berfungsi sebagai tempat
meletakkan sesaji peti mayat. Ditemukan di Jawa Timur terutama di daerah
Bondowoso

3. Sarkofagus atau keranda. Adalah sebuah peti batu besar
yang berbentuk seperti palung/lesung dan diberi tutup. Berfungsi sebagai
kuburan atau peti mayat. Ditemukan di Bali.

4. Kubur batu. Adalah kuburan dalam tanah sisi samping,
alas, dan tutupnya diberi semacam papan-papan dari batu. Berfungsi untuk
mengubur mayat. Ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

5. Punden Berundak. Adalah bangunan yang terbuat dari batu
yang disusun bertingkat. Merupakan cikal bakal candi. Berfungsi sebagai tempat
pemujaan roh nenek moyang. Ditemukan di Lebak Sibedug daerah Banten Selatan.

6. Arca. Adalah bangunan dari batu yang berbentuk manusia
dan ada yang berbentuk binatang. Berfungsi sebagai perwujudan dari roh nenek
moyang. Ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.