Kehidupan politik buleleng

Posted on

Kehidupan politik buleleng

Dinasti
Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa. Berdasarkan prasasti Belanjong,
Sri Kesari Warmadewa merupakan keturunan bangsawan Sriwijaya yang gagal
menklukan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kegagalan tersebut menyebabkan
Sri Kesari Warmadewa memilih pergi ke Bali dan mendirikan pemeerintahan baru.


         Pada
tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa. Udayana
memiliki 3 putra yaitu, Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Yang
nantinya Airlangga akan menjadi raja terbesar di Medang Kemulan, Jawa Timur.
Menurut prasasti yang terdapat di pura Batu Madeg, Raja Udayan menjlain
hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan
karena permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu
Sindok. Raja Udayana digantikan oleh putranya Marakatapangkaja.


         Rakyat
Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebenaran hukum karena
selalu melindungi rakyatnya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat
peribadatan untuk rakyat. Salah satu peninggalan Marakatapangkaja adalah
kompleks candi di Gunung Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja
digantikan oleh adiknya yaitu Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan Raja terbesar
dari Dinasti Warmadewa. Ia berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan
menanggulangi berbagai gangguan dari dalam maupun luar kerajaan.
 Dalam
menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasehat pusat yang
disebut pakirankiran I jro makabehan. Badan ini berkewajiban memberikan
tafsirandan nasihat kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul.