Kelebihan dan kekurangan dari pemimpin Hayam Wuruk?
Rumusan Masalah
a. Siapakah Hayam Wuruk
b. Apa sajakah yang terjadi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk
c. Bagaimana sistem pemerintahan pada saat itu sehingga bisa mencapai kejayaannya
BAB I
PEMBAHASAN
A. Asal Usul dan Kehidupan Hayam Wuruk
Hayam wuruk lahir pada tahun 1334, tahun yang Gajah Mada menyatakan sumpahnya Sumpah Palapa. Hayam wuruk lahir dari pasangan Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Kertawardhana atau Cakradhara. Ibunya adalah putri dari pendiri Wijaya Raden Majapahit, sedangkan ayahnya adalah anak dari Bhre Tumapel rendah raja Singhasari. Dapat dilihat dari Pararaton dan Nagarakretagama kedua bukti sejarah ini memuji Hayam Wuruk sebagai mahasiswa, orangnya tampan cerah, berbakat, dan ahli dalam seni bela diri dari istana memanah dan pagar, serta menguasai politik juga kitab suci, dan juga seni dan musik. Dari semua itu dapat dilihat bagaimana ibu Hayam Wuruk mempersiapkan dan membekali ilmu kepada dia guna untuk mempersiapkan Hayam Wuruk menjaddi raja Majapahit Berikutnya.
Hayam Wuruk mewarisi tahta pada tahun 1350 pada usia 16 ketika patih (perdana menteri) Gajah Mada berada di puncak karirnya. Di bawah pemerintahannya, Majapahit diperpanjang kekuasaan di seluruh kepulauan Indonesia. . Kerajaan ini memiliki pengaruh di seluruh nusantara, bahkan terhadap Negara-negara tetangganya di Asia Tenggara (Hasan Djafar, 2009 : 2). Hal ini pun tak luput dari jasa patih yang mendampingi Hayam Wuruk yaitu patih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapanya.
Dlam pemerintahannya Hayam Wuruk telah membawa seluruh rakyat Majapahit ke puncak kejayaan dan keemasan. Membawa seluruh rakyatnya mengalami kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan. Setiap perayaan agung di pusat kerajaan dimeriahkan oleh seluruh rakyat tanpa kecuali.
Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada masa pemerintahannya itulah kerajaan-kerajaan lain di nusantara raya ini tidak hanya sekedar sebagai negara bawahan yang tidak mempunyai kemerdekaan, tetapi semua kerajaan itu bersama-sama dengan pemerintah pusat di Jawa Timur mengembangkan potensi daerah masing-masing bagi kepentingan nusantara raya ini.
Walaupun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaaan tersebut sepertinya tidak berada dibawah kekuasaan terpusat Majapahit, akan tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja.[5] Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam,Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[17][2]
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena disebabkan alasan politik, Hayam Wuruk berkeinginan mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri dari Kerajaaan Sunda sebagai permaisurinya. Mengetahui hal ini Kerajaan sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja sunda beserta keluar besar dan pengawal pergi ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Mengetahui hal ini Gajah melihat melihat peluang untuk menaklukkan Kerajaan Sunda dengan paksa. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak bisa dihindari. Meski dengan gagah berani kerajaan Sunda melawan kerajaan Majapahit, kerajaan Sunda masih kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[6]
Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya.[7] Kisah pasundan Bubat ini menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Beberapa tahun
maaf kalo salah