Kondisi fisiografis disebut juga sebagai. . . . :)
Jawaban:
Kondisi fisiografi komunitas hutan mangrove yang tampak pada suatu saat adalah resultante dari daya tumbuh jenis-jenis pohon mangrove yang bersangkutan di bawah pengaruh faktor-faktor: (1) iklim, (2) suhu air, (3) sedimentasi, (4) pasang-surut, (5) relief, (6) salinitas dan (7) lindungan terhadap gangguan gelombang dan arus laut. Di alam, ketujuh faktor tadi bekerja bersama-sama.
Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dikelompokkan dalam empat unsur utama, yaitu (a) status lingkungan, (b) komposisi substrat, (c) kondisi hidrologi dan (d) iklim. keempat unsur tersebut dapat diuraikan seperti berikut:
a). Status Lingkungan
Dilihat dari statusnya, suatu lingkungan mangrove dapat bersifat terbuka, terlindung atau dapat berupa tepian sungai. Ketiganya mempunyai ciri masing-masing yang perlu diperhatikan dalam tingkat kerawanan terhadap gangguan ombak dan arus. Pada lingkungan mangrove terbuka, umumnya pantainya datar dan landai serta berhadapan langsung dengan laut terbuka. Dalam keadaan seperti ini lingkungan tersebut rawan terhadap gangguan ombak dan arus laut. Biasanya komunitas hutan mangrove yang berkembang di sini berupa hutan mangrove pinggiran yang sempit saja.
Berbeda dengan lingkungan terbuka, lingkungan terlindung dilindungi dari pengaruh gelombang dan arus laut oleh deretan pulau-pulau, atau lingkungan ini merupakan pantai sebuah teluk/delta. Kedua formasi lingkungan ini menciptakan kondisi air tenang yang cocok untuk kehidupan hutan mangrove.
Di Sumatera dan Kalimantan pengaruh pasang-surut menembus jauh ke pedalaman melalui sungai-sungai besar dan jaringan sungai pasang-surut. Sampai beberapa kilometer dari laut, komunitas hutan mangrove masih dapat berkembang di kedua tepi sungai tadi.
Dilihat dari posisinya, Areal IUPHH-HA PT. Kandelia Alam termasuk dalam lingkungan “terlidungi” atau temasuk dalam tipologi lingkungan yang “aman fisik”.
b). Komposisi Substart
Dari segi substrat dasar, hutan mangrove dapat tumbuh pada substrat dasar pasir, lumpur, koral maupun batu-batuan. Pertumbuhan terbaik didapatkan pada subsrat dasar Lumpur. Pada subsrat dasar lainnya, pertumbuhan umumnya kurang memuaskan; kendatipun demikian, tidak jarang komunitas hutan mangrove mampu berkembang cukup ekstensif. Komunitas hutan mangrove pada subsrat pasir, khususnya pasir halus, dijumpai misalnya di pantai daerah Tobelo, Halmahera. Di Kepulauan Seribu hutan mangrove berkembang pada subsrat pasir dan kerikil gamping (coral). Di Kepulauan Kangean dan Kepulauan Aru, komunitas hutan mangrove yang cukup luas berkembang di atas paparan batu karang yang ditutupi lapisan tipis lumpur. Yang paling mengesankan ialah kenyataan bahwa beberapa jenis pohon mangrove yang dirajai oleh Aegiceras floridum dijumpai berkembang di atas batuan masif di Pulau Ubur, Kepulauan Kai (Soemodihardjo, et al., 1977) dan di sebuah pulau kecil dekat Tobelo, Halmahera (laporan tidak diterbitkan).
Seperti diketahui, pertumbuhan mangrove pada subsrat bukan lumpur relatif lambat. Karena itu pada subsrat-subsrat seperti itu umumnya pohon-pohon mangrove relatif kecil-kecil. Di Kepulauan Aru, misalnya, pohon dengan ketinggian 20 m sudah termasuk besar (Soemodihardjo et al., 1977) dan tentunya juga sudah berumur tua. Efek penebangan pohon terhadap ekosistem pantai di daerah seperti ini akan sangat terasa karena proses regenerasi akan berjalan lambat.
Areal IUPHHK-HA PT. Kandelia Alam mempunyai komposisi substrat dasar lumpur yang cukup dalam, dimana merupakan tempat pertumbuhan terbaik untuk komunitas mangrove.
c). Kondisi Hidrologi
Arus dan gelombang laut berperan sebagai tenaga perombak maupun pembangun dalam arti sebagai tenaga abrasi dan tenaga sedimentasi. Arus juga berfungsi sebagai media penyebar bibit pohon mangrove. Akan tetapi jika tenaga arus dan gelombang itu terlalu kuat, hutan mangrove akan mengalami kesulitan memanfaatkan daerah yang bersangkutan karena proses erosi akan berlangsung dengan cepat.
Parameter hidrologi yang penting pengaruhnya terhadap kehidupan hutan mangrove adalah pasang-surut. Watson (1982) menyatakan bahwa zonasi komunitas hutan mangrove dari laut ke darat berkaitan dengan gradasi lamanya genangan oleh air pasang. Kita semua telah maklum bahwa mangrove dapat tumbuh di tempat-tempat yang masih dipengaruhi laut pada waktu pasang. Ini berarti bahwa semakin jauh luapan air pasang ke arah darat semakin lebar daerah yang dapat ditumbuhi mangrove.
Tabel perbedaan Pasang Surut Sungai Kapuas Kecil ( m) Kalimantan Barat Dalam 5 Tahun ( 2004 S/D 2008)
Penjelasan:
Maaf klo salah