Kumaha jalan caritana tina eta dongeng teh?
Jawaban:
Pada jaman dahulu kala di sebelah Utara kota Garut terdapat sebuah desa yang penduduknya biasanya bekerja sebagai petani. Tanah desa yang subur dan tidak kekurangan udara sangat membantu petani untuk menghasilkan banyak padi dengan kualitas yang baik.
Meskipun begitu para penduduk di sana masihlah hidup dalam kemiskinan. Ini disebabkan oleh kehadiran tengkulak pelit yang kaya raya. Ia bernama Nyai Endit.
Nyai Endit merupakan seorang perempuan kaya yang tinggal di desa itu. Semenjak suaminya meninggal, ia berasal dari warisan berupa kekayaan yang berbagi. Sayangnya, hal tersebut malah membuat Nyai Endit menjadi kikir dan congkak.
Nyai Endit mengalami kesengsaraan para petani yang tinggal di desa tersebut. Ia berangkat para petani untuk menjual padinya dengan harga murah. Dan ketika persediaan beras masyarakat habis, mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang melambung tinggi.
Perbuatan Nyai Endit ini sangatlah merugikan masyarakat yang hidup di sana.
2. Nyai Endit sangat suka mengadakan pesta mewah
Youtube / Dongeng Kita
Harta yang hanya membuat Nyai Endit lebih pelit. Bukan hanya ia sering memaksa warga desa, Nyai Endit bahkan tidak pernah mau membantu warga yang sedang kesulitan. Setiap kali warga datang meminta bantun, Nyai Endit menolaknya dengan angkuh.
"Ini semua kan harta milikku, untuk apa juga aku membagikannya pada warga? Mereka itu hanya bisanya meminta-minta saja. Seharusnya mereka bekerja lebih keras jika ingin kaya sepertiku," ungkap Nyai Endit
Nyai Endit lebih senang menghabiskan waktu hartanya untuk mengadakan pesta di desa tersebut. Di tengah kemeriahan pesta, Nyai Endit terbiasa memamerkan harta kekayaannya pada rakyat setempat dengan sombong.
Pesta yang dia adakan selalu saja mendatangkan perkara lebih besar bagi rakyat. Pesta Nyai Endit selalu membuat penduduk desa mulai mengawasi bahan makanan. Bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Endit selalu berpesta pora dengan makanan-makanan mewah di rumah.
“Aduh, persediaan beras kita sudah menipis. Sebentar lagi kita udah harus membeli beras ke Nyai Endit, "kata seorang warga kepada tetangganya.
"Harganya kini lima kali lipat lebih mahal dibanding saat kita menjualnya dulu. Bagaimana ini?" Balas warga lainnya.
"Padahal kita juga perlu membeli keperluan yang lain. Ya Tuhan, kami keringanan atas beban yang kami pikul," ungkap yang lain.
Penjelasan:
Maaf kalo salah : )