manusia peraaksara sudah memiliki kepada kekuatan gaib, separti mempercayai bahwa tingi besar, hutan lebat, gua yang gelab hal ini berarti manusia masa peraksara a. teradisi bahari b. musawarah c. keadilan d. religius​

Posted on

manusia peraaksara sudah memiliki kepada kekuatan gaib, separti mempercayai bahwa tingi besar, hutan lebat, gua yang gelab hal ini berarti manusia masa peraksara a. teradisi bahari b. musawarah c. keadilan d. religius​

Jawaban:

a. Nilai Religius

Masyarakat paraaksara sudah memiliki kepercayaan dengan adanya kekuatan gaib. Meraka percaya bahwa pohon rimbun yang tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap, pantai, laut atau tempat yang lainnya dipandang keramat karena ditempati oleh roh halus atau mahluk gaib. Meraka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus. Atau gempa bumi adalah akibat perbuatan roh halus atau mahluk gaib. Untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau mahluk gaib harus selalu dipuja. Kepercayaan terhadap roh halus ini disebut dengan “Animisme”.

Selain percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda tertentu seperti kapak, mata tombak, atau benda lainnya memiliki kekuatan gaib, karena memiliki kekuatan gaib maka benda tersebut harus dikeramatkan. Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan gaib disebut dengan “Dinamisme”.

b. Nilai Gotong Royong

Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok, mereka bergotong royong untuk kepentingan bersama, contohnya membangun rumah yang dilakukan secara bersama-sama. Budaya gotong royong juga dapat terlihat dari peninggalan mereka berupa bangunan-bangunan batu besar yag dapat dipastikan  dibangun secara gotong royong.

c. Nilai Musyawarah

dalam kehidupan berkelompok, masyarakat masyarakat praaksara telah mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dipilihnya pemimpin  yang dianggap paling tua (sesepuh ) yang mengatur masyarakat dan memberikan keputusan untuk berbagai persoalan yang dihadapi bersama.

d. Nilai Keadilan.

Nilai keadilan sudah diterapkan dalam masyarakat praaksara, yaitu dengan adanya pembagian tugas sesuai dengan  kemampuan dan keahliannya. Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai dengan kemampuannya.

e. Tradisi Bercocok Tanam.

Salah satu cara yang dilakukan masyarakat praaksara untuk memenuhi kebutuhan hidup ialah dengan bercocok tanam. Hal ini dibuktikan  dengan ditemukannya alat khas pertanian yang berupa beliung persegi dan alat lainnya.

f. Tradisi Bahari ( Pelayaran )

Masyarakat praaksara telah menganal ilmu astronomi. Ilmu ini sangat membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk  yang paling umum dikenal pada waktu itu. Perahu bercadik adalah “ perahu yang kanan kirinya dipasang alat dari bamboo dan kayu agar perahunya tidak mudah oleng”. Perahu bercadik memegang peranan yang penting dalam kehidupan masa paraaksara, selain sebagai lalulintas sungai dan laut, perahu ini juga berperan sebagai alat penyebaran budaya.

Penjelasan:

maaf kalo salah