Mentari bersinar kekuningan. Kicau burung perlahan menghilang bersama mengeringnya embun. Suasana di dalam ruang kelas terasa tenang dan sunyi bagaikan kuburan. Murid-murid asik menatap lembaran kertas soal di setiap meja mereka. Mereka siap untuk berperang, Tetapi bukan perang seperti zaman sejarah melainkan perang pikiran dan konsentrasi demi mendapatkan nilai terbaik sebagai seorang siswa. Sesekali bunyi pintu berdecit mencoba untuk memecah keheningan, tetapi mereka asik tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Posted on

     Berulang kali Mita menatap jam yang menempel pada dinding dan guru pengawas secara bergantian. Mencari tau berapa banyak waktu yang tersisa. “Jangan menyontek ataupun bekerja sama! Jika diantara kalian diketahui melakukan kecurangan, maka nilai kalian akan ibu anggap nol. kalian mengerti?” ucap sang guru memperingatkan. Semua terdiam, tanpa ada yang berani menyahut. Mereka memilih sibuk mengerjakan soal ujian mereka. Diam-diam Mita memergoki Dera mengambil kertas sontekan dari sakunya.
“Jangan menyontek!” bisik Mita menasihati. Tetapi Dera menatap Mita sinis dan tak menghiraukan nasihat Mita. Ujian berikutnya Dera masih melakukan hal yang sama, lagi-lagi dirinya menyontek.
  “Dera, kita dilarang menyontek! Jika guru tahu kamu menyontek, nilaimu nanti akan nol.” nasihat Mita lagi. Sayangnya, Dera begitu keras kepala. Bukannya menurut, Dera malah mengajak Mita berdebat. “Jika nilaiku kecil, memang kamu mau bertanggung jawab?” Ketus Dera. “Tetapi Dera, kita seharusnya belajar sebelum ujian!” ujar Mita memberi tau Dera . “Diam saja. jika nanti aku tertangkap, berarti itu adalah salahmu!” bantah Dera, ia sungguh tidak mau mendengarkan nasihat Mita.
     Mita akhirnya menyerah dan menutup mulutnya rapat. Dia mencoba untuk tidak lagi peduli pada Dera. “Dera!” panggil ibu guru pengawas. Dera mendongak terkejut dengan panggilan sang guru. ‘apakah aku ketahuan?’ batin Dera dalam hati. “Ibu perhatikan, sedari tadi kamu dan Mita terus saja berbicara. Kalian bekerja sama?” tanya guru penuh rasa curiga ke Dera.
     “Ti.. tidak bu.” elak Dera dengan gugup. Ibu guru menghampiri mereka. Dera yang saat itu masih menggengam kertas sontekannya, ketakutan. Kertas itu tanpa sengaja terjatuh dan ibu guru memungutnya. “Kalian menyontek?” seru sang guru. Mita dan Dera saling pandang. “Tidak bu. Mita yang menyontek” tuduh Dera pada Mita. Alangkah jahatnya gadis ini. Hanya karena ingin menutupi perbuatannya, Dera berani memfitnah Mita. “Apa benar kau mencontek Mita?” tanya guru dengan tegas kepada Mita.
     “Tidak bu.” jawab Mita jujur. Mita menatap Dera sedih karena Dera mencoba membuatnya bersalah. “Bohong bu! Saya tadi melihatnya.” ucap Dera tanpa ampun. “Dera yang menyontek Bu, bukan Mita. Saya tadi melihatnya!” seru suara Wawan mencoba membela Mita. “Benar, kamu yang menyontek Dera?” guru bertanya lagi kepada Dera untuk memastikan.
     “Ti.. tidak bu.” jawaban Dera masih sama penuh dengan kegugupan dan raut mukanya ketakutan. “Ayo ikut ibu ke kantor!” bu guru memerintah dengan tegas kepada Dera setelah ia ketahuan berbohong karena telah menyontek. Dera keluar kelas dengan wajah tertunduk malu, seharusnya dia menuruti nasihat Mita untuk tidak menyontek.
     Akhirnya, Dera mendapatkan balasan akibat perbuatannya sendiri dan ia berjanji pada guru tidak akan mengulangi perbuatan menyontek lagi ketika sedang ujian.
 

3.     Suntinglah teks tersebut dari segi tata tulis, ejaan, dan tanda baca. Beri penanda tertentu (warna) pada bagian yang salah dan beri perbaikannya!
 
 

Mentari bersinar kekuningan. Kicau burung perlahan menghilang bersama mengeringnya embun. Suasana di dalam ruang kelas terasa tenang dan sunyi bagaikan kuburan. Murid-murid asik menatap lembaran kertas soal di setiap meja mereka. Mereka siap untuk berperang, Tetapi bukan perang seperti zaman sejarah melainkan perang pikiran dan konsentrasi demi mendapatkan nilai terbaik sebagai seorang siswa. Sesekali bunyi pintu berdecit mencoba untuk memecah keheningan, tetapi mereka asik tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Jawaban:

Mentari bersinar kekuningan. Kicau burung perlahan menghilang bersama mengeringnya embun. Suasana di dalam ruang kelas terasa tenang dan sunyi bagaikan kuburan. Murid-murid asik menatap lembaran kertas soal di setiap meja mereka. Mereka siap untuk berperang, tetapi bukan perang seperti zaman sejarah(,) melainkan perang pikiran dan konsentrasi demi mendapatkan nilai terbaik sebagai seorang siswa. Sesekali bunyi pintu berdecit mencoba untuk memecah keheningan, tetapi mereka asik tenggelam dalam pikiran masing-masing.

     Berulang kali Mita menatap jam yang menempel (di) dinding dan guru pengawas secara bergantian(,) (m)encari tau berapa banyak waktu yang tersisa. “Jangan menyontek ataupun bekerja sama! Jika (di antara) kalian diketahui melakukan kecurangan, maka nilai kalian akan ibu anggap nol. kalian mengerti?” ucap sang guru memperingatkan. Semua terdiam, tanpa ada yang berani menyahut. Mereka memilih sibuk mengerjakan soal ujian mereka. Diam-diam Mita memergoki Dera mengambil kertas sontekan dari sakunya.

“Jangan menyontek(,)” bisik Mita menasihati(,) (t)etapi Dera menatap Mita sinis dan tak menghiraukan nasihat Mita. Ujian berikutnya Dera masih melakukan hal yang sama, lagi-lagi dirinya menyontek.

  “Dera, kita dilarang menyontek! Jika guru tahu kamu menyontek, nilaimu nanti akan nol(,)” nasihat Mita lagi. Sayangnya, Dera begitu keras kepala. Bukannya menurut, Dera malah mengajak Mita berdebat. “Jika nilaiku kecil, memang kamu mau bertanggung jawab?” (k)etus Dera. “Tetapi Dera, kita seharusnya belajar sebelum ujian!” ujar Mita memberi tau Dera. “Diam saja. jika nanti aku tertangkap, berarti itu adalah salahmu!” bantah Dera, ia sungguh tidak mau mendengarkan nasihat Mita.

     Mita akhirnya menyerah dan menutup mulutnya rapat. Dia mencoba untuk tidak lagi peduli pada Dera. “Dera!” panggil ibu guru pengawas. Dera mendongak terkejut dengan panggilan sang guru. ‘apakah aku ketahuan?’ batin Dera dalam hati. “Ibu perhatikan, sedari tadi kamu dan Mita terus saja berbicara. Kalian bekerja sama?” tanya guru penuh rasa curiga ke Dera.

     “Ti(-)tidak, (B)u(,)” elak Dera dengan gugup. Ibu guru menghampiri mereka. Dera yang saat itu masih menggengam kertas sontekannya, ketakutan. Kertas itu tanpa sengaja terjatuh dan ibu guru memungutnya. “Kalian menyontek?” seru sang guru. Mita dan Dera saling pandang. “Tidak(,) (B)u. Mita yang menyontek(,)” tuduh Dera pada Mita. Alangkah jahatnya gadis ini. Hanya karena ingin menutupi perbuatannya, Dera berani memfitnah Mita. “Apa benar kau mencontek(,) Mita?” tanya guru dengan tegas kepada Mita.

     “Tidak, (B)u(,)” jawab Mita jujur. Mita menatap Dera sedih karena Dera mencoba membuatnya bersalah. “Bohong(,) (B)u! Saya tadi melihatnya(,)” ucap Dera tanpa ampun. “Dera yang menyontek(,) Bu, bukan Mita. Saya tadi melihatnya!” seru suara Wawan mencoba membela Mita. “Benar kamu yang menyontek(,) Dera?” (G)uru bertanya lagi kepada Dera untuk memastikan.

     “Ti(-) tidak(,) (B)u.” (J)awaban Dera masih sama penuh dengan kegugupan dan raut mukanya ketakutan. “Ayo ikut ibu ke kantor!” Bu guru memerintah dengan tegas kepada Dera setelah ia ketahuan berbohong karena telah menyontek. Dera keluar kelas dengan wajah tertunduk malu, seharusnya dia menuruti nasihat Mita untuk tidak menyontek.

     Akhirnya, Dera mendapatkan balasan akibat perbuatannya sendiri dan ia berjanji pada guru tidak akan mengulangi perbuatan menyontek lagi ketika sedang ujian.

Penjelasan:

Bagian yang salah yang ditanda kurung dan tulisan miring, ya. Makasih.

Revisi. Ada yang kurang tadi.