Nilai apa yang terkandung dalam perjuangan tokoh pahlawan L.N. Palar?
Jawaban:
Palar masuk sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Tondano. Dia kemudian masuk Algemeene Middelbare School (AMS) di Yogyakarta, dan tinggal bersama Sam Ratulangi. Di AMS inilah ia pertama kali berkenalan dengan politik dan ide-ide nasionalis dan menjadi anggota organisasi pemuda nasionalis Jong Minahasa[1].
Setelah lulus AMS tahun 1922, Palar meneruskan ke jenjang pendidikan tingginya di Technische Hoogeschool te Bandoeng, yang sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB) selama sekitar satu tahun. Di kampus ini, Palar bertemu dengan Sukarno dan mahasiswa nasionalis lainnya dan aktif dalam menyelenggarakan pertemuan dan pidato nasionalis. Karena dilanda sakit yang parah, Palar hampir satu tahun terbaring di tempat tidur dan terpaksa menghentikan kuliahnya dan kembali ke Minahasa. Setelah sembuh ia bekerja sebentar di Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM).[1]
Pada tahun 1924 Palar memulai kembali kuliahnya di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, cikal-bakal Fakultas Hukum UI). Di sana ia bergabung dengan paham sosialis-demokrat melalui seorang anggota Volksraad yaitu J. E. Stokvis, Ketua Indische Sociaal-Democratische Partij (ISDP – Partai Sosialis-Demokrat Hindia). Setelah pemberontakan komunis tahun 1926 gagal di Jawa dan Sumatra, pemerintah Hindia Belanda mengambil tindakan represif termasuk deportasi ke Boven Digoel. Melihat kondisi tersebut, keluarga Palar mencari perlindungan di tempat lain. Pada tahun 1928, Palar pindah ke Belanda[1]. Pada tanggal 4 Agustus 1928 Palar berangkat dari Batavia menuju Rotterdam, Belanda dengan kapal "Tabanan" yang tiba di tujuan pada bulan September 1928.[2]