Pahlawan dari sulawesi tengah dan sejarahnya
Ta Batoki melakukan perlawanan antara tahun 1906 sampai dengan 1909. Ta Batoki adalah Kabose dari Kasawi Dulongi (Lage-Onda’e).
Dalam ingatan rakyat, Tabatoki menghimpun pejuangnya dari daratan Onda’e dan memilih bermukim di Tamungkudena atau biasa dikenal juga dengan nama Ratodena. Tempat ini sekarang dikenal sebagai desa Sawidago.
Ta Batoki dan pejuangnya membangun basis pertahanan di perbukitan desa Tamungkudena. Untuk melumpuhkan benteng ini, Belanda melakukan isolasi dan melarang desa desa sekitar membangun lumbung di luar desa, akibatnya Ta Batoki dan pejuangnya kekurangan makanan.
Dalam keadaan kekurangan makanan dan terus melakukan perlawanan, pada akhirnya Belanda merencanakan sebuah serangan besar besaran ke Benteng Tamungkudena. Serangan ini dipimpin oleh Letnan Voskuil dengan persenjataan berat. Serangan ini dilancarkan pada Bulan Desember 1906.
Kalah dalam jumlah personil dan persenjataan, Ta Batoki tidak dapat mempertahankan benteng Tamungkudena, dan setelah beberapa jam pertempuran terjadi, benteng Tamungkudena dapat direbut Belanda.
Dari sini mulailah perjalanan Dahsyat Perang Gerilya Ta Batoki yang legendaris yang berlangsung semenjak tahun 1906 – 1909.
Ta Batoki tidak sendiri!!! Dalam catatan Belanda, Ta Batoki ditemani oleh 30 orang pasukan pemberani yang menyertai beliau melakukan perang Gerilya.
Mulai Januari Tahun 1907, Ta Batoki dan 30 orang pengikutnya menjadi mimpi buruk bagi Belanda. Beliau berkelana mulai dari hutan hutan di Lage, Onda’e, Pebato, dan tidak pernah ditangkap Belanda.
Hal ini disebabkan karena Ta Batoki memiliki kesaktian yang tinggi, tidak mempan peluru. Dalam satu sergapan di Pebato, ketika sudah terkepung oleh Belanda, Ta Batoki meloncat di jurang dari lipu Longkida dan tidak meninggal karenanya.
Demikianlah Ta Batoki melakukan perlawanan secara terus menerus sampai dengan Tahun 1909 ketika perlahan lahan pasukannya menyusut karena banyak yang meninggal dan kekurangan bahan makanan.
Di tahun 1909 ketika dalam gambaran Emily Gobee, seluruh daratan Pamona bersiaga untuk penangkapan Ta Batoki karena lokasi persembunyiannya telah diketahui. Dari sisi ke sisi seluruh danau Poso telah dijaga pasukan Belanda.
Adalah Adriani yang menolak tindakan militer dilakukan. Beliau kemudian meminta Ta Rame (kabose Banano) untuk memintah Ta Batoki menyerahkan diri. Ta Batoki menolak menyerah dan meminta bertemu dengan Adriani.
Sama halnya dengan Penangkapan Pangeran Diponegoro, demikian juga penangkapan Ta Batoki. Ketika sedang melakukan perundingan dengan Adriani, pasukan Belanda menangkap beliau dan membawanya ke Poso.
Dalam catatan Belanda disebutkan bahwa Ta Batoki kemudian meninggal karena penyakit paru – paru yang diidapnya. Namun dalam penelusuran sumber sumber lain, ditemukan cerita bahwa selama di penjara di Poso, Ta Batoki melakukan mogok makan, Tidak mau Makan!!! dan inilah kemudian yang merenggut nyawa pahlawan ini. Memilih Mati daripada menyerah.
To botaki seseorang yang penuh perjuangan memperjuangkan kemrdekaan indonesia