Perlawanan kerajaan jambi terhadap belanda
Menjelang akhir abad 19 Belanda menambah kekuatannya. Pasukan dari Palembang, Jawa dan Aceh mulai berdatangan ke Jambi, maka Sultan Thaha Syaifuddin menyusun strategi baru sebagai berukut :Raden Mat Tahir ditetapkan sebagai panglima perang mencakup wilayah pertahanan Jambi Kecil, Muaro Jambi, Air Hitam Darat, Ulu Pijoan, Pematang Lumut, Bulian Dalam, Ulu Pauh, Payo Siamang, Jelatang dan Pijoan Dalam.Bagian Batang Tembesi sampai Kerinci berada di bawah komando Pangeran Haji Umar Bin Yasir, gelar Pangeran Puspojoyo.Bagian Batanghari dan Tebo langsung di bawah pimpinan Sultan Thaha Syaifuddin dan saudaranya Hamzah gelar Diponegara, yang terkenal sebagai pangeran Dipo.Diawal abad 20 perjuangan rakyat Jambi melawan Belanda mengalami banyak tantangan, satu persatu pejuang Jambi gugur dan atau tertangkap lalu dibuang (internir) oleh Belanda.Sultan Thaha Syaifuddin gugur di Betung Bedara pada tanggal 26 malam 27 April 1904.Pangeran Ratu Kartaningrat tertangkap dan dibuang ke Parigi,Sulawesi Utara.Tahun 1906 Depati Parbo di Kerinci tertangkap dan dibuang ke Ternate-Ambon.Pangeran Haji Umar Puspowijoyo dan adiknya Pangeran Seman Jayanegara tewas di Pemunyian, Bungo, tahun 1906.Tahun 1906 di Pemunyian tertangkap seorang pejuang perempuan bernamaRatumas Sina.Raden Hamzah gugur tahun 1906 di Lubuk Mengkuang, dekat Pemunyian.Tahun 1906 di kota Jambi yakni daerah Tehok, Raden Pamuk ditangkap Beland
semoga membantu maaf kalau salah