POIN POIN TENTANG ADAT BATAK
Jawaban:
Medanbisnisdaily.com-Medan. Menyikapi kondisi gawat corona di Indonesia, sebanyak 65 tokoh adat Batak di Pekanbaru, Provinsi Riau mengeluarkan sejumlah arahan terkait jalannya prosesi adat Batak di daerah itu, khususnya terkiat prosesi adat kematian. Butir-butir arahan itu pun tersebar di media sosial dalam beberapa hari terakhir ini.
Sejumlah arahan itu, antara lain, jika ada seorang Batak yang meninggal karena corona, maka acara penguburannya berlaku sesuai aturan pemerintah. Tidak berjalan adat, ulos saput bisa dipakaikan saat di rumah sakit dan ulos tujung bisa diberikan setelah pulang dari pemakaman.
Sedangkan yang meninggal karena hal lain, hanya dua keluarga yang boleh hadir. Yakni keluarga tulang dan hula-hula. Acara pun dilakukan di rumah dan tidak bermusik. Tokoh adat Batak itu menegaskan, meski pelaksanaannya sederhana, hal itu sudah bagian dari adat yang sah.
Menanggapi itu, praktisi adat sekaligus pemerhati budaya Batak Toba dari Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak (YPKB) di Medan, Tansiswo Siagian, kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (4/4/2020) mengatakan, kesepakatan itu boleh saja dikeluarkan karena kondisi darurat saat ini. Tapi yang lebih penting adalah kesadaran bersama masyarakat Batak. Tokoh adat Batak tidak bisa membuat kesimpulan mutlak, karena otoritas mereka sebagai raja adat tidak bisa dikatakan sah.
"Yang terpenting adalah kesadaran masyarakat Batak Toba itu sendiri memahami apa yang terjadi saat ini. Maka, jika pun misalnya, pelaksanaan tata cara adat tidak dilaksanakan semua bisa maklum dan tidak membuat komentar dan statement yang menyingung yang kemalangan.
Kembali pada arahan itu, sambung Tansiswo, bisa saja dan wajar dengan kondisi aktual sekarang. Tetapi jangan terjadi yang kemalangan harus tunduk pada arahan mereka. Sebab sekali lagi, dalam adat Batak Toba yang berkompeten wajib adalah Suhi ni Ampang na Opat.
Ditambahkan penulis sejumlah buku berbahasa Batak Toba ini, soal tata cara pelaksanaan adat Batak Toba pada masa belakangan ini, sangat tergantung pada falsafah Aek Godang tu Aek Laut, dos ni roha sibahen na saut" musyawarah untuk mufakat.
"Atau lebih ekstrimnya, gaja pinagaja gaja, duhutduhut do gagatonna, aha ninna na mangongku raja i, saguru hasuhoton do ulaonna. Artinya apapun kata orang yang mengaku-ngaku raja itu, tergantung tuan rumah atau yang kemalangan teknis acara. Jadi yang paling penting adalah kesadaran semua pihak," katanya.