Puisi tentang jenis sisa domestik
Sembilan tahun lalu adalah pertama kali aku bertemu denganmu. Entah kenapa saat itu engkau langsung menarik perhatianku, sikapmu yang diam, mengeluarkan rona keibuan dan karakter yang kuat, kesederhanaan yang memancar dari sikap dan tingkah lakumu langsung membuatku hangat bersamamu. Meski hati ini mendadak serasa menemukan pasangannnya, namun aku coba berhenti sejenak tuk sekedar menjawab pertanyaan “siapakah dia?”.
Hari terus berganti, namun suara hati ini terus berkecamuk. Meski kami semakin dekat dan akrab sebagai teman, tetap saja aku tidak bisa membohongi rasa ini. Ingin sekali kuungkapkan isi hati ini, namun, ada satu ketakutanku jika ternyata kenyataan yang terjadi malah berbeda dari yang kuharapakan. Aku takut bila keindahan pertemanan ini malah berbalik. Dan ternyata dugaanku benar, selang berapa saat kemudian, setelah aku ungkapkan isi hatiku, kami malah semakin jauh. Hingga kami sama-sama lulus kuliah tetap saja hubungan kami tidak seharmonis seperti pertemanan dulu.