Secara ringkas perang saljuk serta kemajuan dan kemunduran nya
Pada paruh pertama abad kesebelas, panggung sejarah kekuasaan dan suasana politik di dunia Islam sedang dalam kondisi krisis. Khalifah Abbasiyah hanyalah pemegang kekuasaan banyangan, dan hampir seluruh imperiumnya telah terpecah. Suriah utara dan Mesopotamia atas berada dalam cengkeraman para kepala suku yang saling berperang, yang sebagian di antara mereka berhasil mendirikan sejumlah dinasti. Persia, Transoxiana, dan sejumlah kawasan di timur, juga selatan diperebutkan oleh para pangeran Buwaihi dan Ghaznawi atau dikuasai oleh beberapa raja kecil, dan satu sama lain menunggu kesempatan untuk saling menikam leher pesaingnya. Anarki politik dan militer terjadi di mana-mana. Hal ini diperparah dengan konflik ideologi Sunni-Sy’ah yang semakin memanas. Kondisi dunia Islam-menurut Hitti—tampak semakin terpuruk, bahkan jatuh remuk. [1]
Dalam kondisi demikian, tampilah kaum Turki Saljuk menguasai keadaan. Kedatangan kaum Turki Saljuk mengantarkan sebuah era baru dan penting dalam sejarah Islam dan kekhalifahan.[2] Hal ini bermula dari masuk Islamnya seorang kepala suku bernama Saljuk sekitar tahun 956 dari Kabilah Qiniq sebagai pemimpin klan Ghuzz Turki (atau Oghuz).[3] Saljuk (Salju>q) Ibn Tuqa>q (Duqa>q) yang bergelar Timuryaligh adalah seorang pemimpin kaum Turki yang tinggal di Asia tengah (tepatnya Transoxania atau Ma> Wara>’ al-Naha>r atau Mavarranahr), kira-kira 80 mil dari Bukhara. [4]
Saljuk dikenal sebagai seorang orator ulung dan dermawan oleh karena itu ia disukai dan taati oleh masyarakat, dilain pihak istri raja Turki khawatir jika saljuk melakukan pemberontakan, karenanya ada rencana untuk membunuh saljuk secara licik, dan saljuk sendiri mengetahui rencana jahat tersebut lalu ia mengumpulkan pasukannya dan membawa mereka ke kota Janad, mereka tinggal disana dan bertetangga dengan kaum muslimin di negeri Turkistan, maka ketika saljuk melihat prilaku orang Islam yang baik dan berakhalaq luhur ia akhirnya memeluk agama Islam dan kabilah Ghuzpun akhirnya memeluk Islam. Dan sejak itulah saljuk mulai melakukan perlawanan dan peperangan melawan orang-orang Turki yang kafir, akhrinya iapun mampu mengusir bawahan raja Turki dan menghapus pajak atas kaum muslimin.[5] Kaum Saljuk memeluk Islam Sunni sehingga mudah berhubungan dengan negara tetangganya yang telah memeluk Islam.[6]
B. Silsilah Nasab Dinasti Saljuk
Silsilah nasab Dinasti Saljuk bila diurutkan dengan bentuk skema, maka akan nampak sebagai berikut:
Saljuk putra Tuqaq
Mikail Arselan Payghu
Jughril Bek /Chager Bek Daud Tughril Bek
Alp Arselan Kaward (Saljuk Kirman)
Malik Syah Tutush (Saljuk Syria)
Barkiaruq Muhammad Sinyar Mahmud
Berdasarkan skema diatas, maka silsilah kelurga Dinasti Saljuk bisa perinci bahwa ;
Saljuk Ibnu Tuqaq memiliki dua orang putra yaitu Mikail dan Arselan Payghu namun dalam leteratur lain disebutkan bahwa Saljuk memiliki empat orang anak yaitu Arselan, Mikail, Musa dan Yunus.[7]Mikail memiliki dua orang putra yaitu Chager Bek Daud dan Tughril BekChager Bek Daud memiliki dua orang putra yaitu Alp Arselan dan Kaward,Alp Arselan memiliki dua orang putra yaitu Malik Syah dan Tutush,Malik Syah memiliki empat orang putra yaitu Bargiyaruk, Muhammad, dan Sinyar serta Mahmud.[8]
C. Sejarah Terbentuknya Dinasti Saljuk (Era Thugrul Beq)
Saljuq bin Duqaq meninggalkan empat putra, yakni Israil, Musa Bigu, Yunus dan Mikail. Israil, yang menggantikan kedudukan ayahnya tidak mampu menghadapi seangan penguasa Daulah Ghaznawiyah (367 H/977 M-583 H/1187 M). Di bawah penggantinya, Mikail, orang Saljuk dibawa melintasi daerah Jihun, kemudian menetap di Khurasan.