Sekolah alam merupakan alternatif sekolah yang kekurangan bangunan, sebab sekolah alam termasuk sekolah yang bangunannya beratapkan langit dan berdinding alam. Dengan kata lain, sekolah alam terlepas dari konsep sekolah dengan infrastruktur permanen dan megah. Jika dipetakan kontribusi infrastruktur terhadap kualitas pendidikan berkisar 10 %, sedangkan 90 % kontribusi berasal dari kualitas guru, metode belajar yang tepat, dan buku sebagai gerbang ilmu pengetahuan. Sekolah alam menawarkan pendidikan murah, terjangkau, mudah ditemukan di Indonesia. Konsep sekolah alam digagas oleh Lendo Novo pada tahun 1998 dengan mendirikan sekolah alam di Ciganjur Jakarta Selatan dengan nama Sekolah Alam Ciganjur. Sekolah itu dimulai hanya dengan 8 siswa, yakni 5 siswa di playgroup dan 3 siswa di SD, dengan didampingi oleh 6 guru. Kurikulum yang diterapkan berupa (1) pengembangan akhlak dengan metode teladan, (2) pengembangan logika dengan metode action learning (belajar bersama alam), (3) pengembangan sifat kepemimpinan dengan metode outbond training, (4) pengembangan mental bisnis dengan metode magang dan belajar dari ahlinya (learn from maestro). Kehadiran sekolah alam selain berpeluang memanfaatkan alam dan terhitung sekolah murah karena terhindar dari pungutan iuran pembangunan dan tender bangunan, juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bebas bersama alam, menikmati kesehariannya dengan alam. Dari alamlah mereka belajar banyak tentang pengalaman, kebersamaan, rasa syukur, berhitung, membaca tanda-tanda alam, mengamati, dan lain sebagainya. Sekolah alam bisa dilakukan di mana saja. Alam yang dijadikan tempat belajar disesuaikan dengan pembelajaran. Jika materi yang diajarkan tentang menulis puisi berdasarkan keindahan alam sangat tepat dilakukan dengan melihat keindahan gunung, sungai, laut atau alam yang dekat dengan kehidupan siswa. Bila materi yang diajarkan mengenai kelajuan dan kecepatan maka siswa dapat diarahkan mengamati kenderaan di jalan, dan lain sebagainya. Sekolah alam dapat dimodifikasi oleh sekolah formal dalam hal metode mengajar. Pembelajaran berbasis lapangan yang dilakukan oleh sekolah alam menjadi peluang bagi sekolah-sekolah lain untuk memperkaya pengalaman siswa. Ruang kelas tidak lagi sebagai pusat pembelajaran melainkan menjadi ruang pertemuan sesaat. Barangkali penyampaian kompetensi dasar, indikator pembelajaran, atau tujuan pembelajaran dilakukan di dalam kelas. Selebihnya, waktu pembelajaran dilakukan di luar kelas dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran berbasis alam. Dengan demikian, siswa tidak merasa ruang kelasnya sebagai penjara. Nuansa gembira dalam belajar lebih besar dilakukan di luar kelas ketimbang di dalam kelas. Prinsip dasar yang harus dianut sekolah dengan gedung-gedung megah terhadap sekolah alam adalah metode pembelajarannya. Perlu diketahui juga, kegembiraan belajar bagi siswa bukan karena pembelajaran yang diliputi dengan bermain, bertepuk tangan, bernyanyi bersama, atau game kelompok, tetapi lebih dari itu. Modifikasi belajar klasikal (di ruang kelas, berhadapan dengan papan tulis) menjadi membosankan jika dilakukan setiap hari seperti itu. Oleh sebab itu, pilihan tempat belajar turut mempengaruhi motivasi belajar, termasuk mempengaruhi kegembiraan siswa dalam belajar. Di situlah letak permasalahan yang harus dijawab. Tentu jawabannya dengan memodifikasi metode pembelajaran. Siswa lebih suka belajar bebas di alam terbuka pada saat-saat tertentu. Terlepas dari rutinitas yang kadang menjengkelkan, bukan saja menjengkelkan siswa, guru pun demikian. Terbukti, ada guru yang tidak masuk mengajar. Penyebabnya karena rutinitas monoton. Barangkali untuk menjawab program pemerintah tentang penghematan dapat dilakukan dengan program sekolah alam. Sekolah tidak membutuhkan ruang kelas yang banyak, tidak membutuhkan gedung-gedung bagus. Terpenting dari semua itu adalah mutu guru, kemauan guru, dan kesiapan bekerja dengan ikhlas. Jawabannya ada pada kita semua. buat ringkasan/ikhtisarnya
Yang angka 1,2,3,dan 4 ditulis lagi
tapi nomor 4 di singkat sesuai keinginan kamu