Strategi perang yang digunakan oleh Pattimura dan Christina Martha Tiahahu di Maluku adalah …
Strategi perang yang digunakan oleh Pattimura dan Christina Martha Tiahahu di Maluku adalah strategi perang gerilya. Strategi ini berbentuk perang berpindah-pindah dan mengandalkan tempat persembunyian untuk melakukan serangan tiba-tiba ke musuh. Strategi perang gerilya ini diterapkan di perang Saparua.
Pembahasan
Perlawanan rakyat Maluku di Saparua berlangsung di bawah pimpinan Thomas Matulessy atau Pattimura dengan Christina Martha Tiahahu. Perlawanan ini terjadi akibat upaya monopoli perdagangan rempah-rempah oleh Belanda dan penindasan rakyat Maluku.
Perlawanan ini berlangsung pada tahun 1817 dimana pada awalnya, pasukan Maluku melakukan serangan terhadap pos dan benteng Belanda pada tanggal 16 Mei 1817. Serangan ini membuat benteng Duurstede jatuh ke rakyat Maluku dan menumbangkan pasukan Belanda dengan pemimpinnya Van den Berg.
Menanggapi serangan yang terjadi, pada tanggal 20 Mei 1817, Belanda usai memperoleh bantuan pasukan kemudian melakukan serangan balik terhadap Pattimura dan pasukannya dibawah pimpinan Beetjes. Namun, serangan untuk merebut kembali benteng Duurstede oleh Belanda berhasil digagalkan pasukan Pattimura.
Pada bulan Agustus 1817, Belanda kembali mendatangkan pasukan dari Batavia untuk melawan pasukan Pattimura. Belanda yang telah mengetahui strategi perang dari rakyat Maluku berhasil mematahkan perlawanan rakyat Maluku dan merebut kembali Benteng Duurstede serta wilayah Saparua. Akhir dari perlawanan Saparua adalah ketika Thomas Matulessy dihukum gantung oleh Belanda pada bulan Desember 1817.
Pelajari lebih lanjut
- Tentang tokoh Pattimura – brainly.co.id/tugas/13810530
- Tentang tokoh Christina Martha Tiahahu – brainly.co.id/tugas/9733271
- Latar belakang perlawanan rakyat Maluku – brainly.co.id/tugas/14845310
Detail jawaban
Mata pelajaran: Sejarah
Materi: Bab 2 – Perjuangan Daerah di Indonesia
Kelas: 11 SMA
Kode kategorisasi: 11.3.2
#TingkatkanPrestasimu