Syair tentang ngaben yg singkat
Kompas.com
MENU
News
Puisi
Minggu, 3 April 2011 | 04:09 WIB
Pranita Dewi
Ngaben
1.
Hanya ada nyala, nyala, dan nyala
serta senja yang karam perlahan
di garis laut yang jauh: di sana,
matahari, lentera kekal itu, setia
menunggu abuku
Hidup yang baru saja kuakhiri akan menjadi
seperti mimpi yang selalu terlupakan
di pagi hari.
Kini kubiarkan jasadku bermukim di semesta
dan kutinggalkan semua, wahai kalian kawan
seperjalanan.
2.
Terberkatilah semua yang dikira orang mati!
Lihatlah,
mayat yang terbahak ini
tergeletak serupa batu cadas,
sendiri dan abai, hanya memandang ke atas
dan tak sekalipun mengerdip.
3.
Tulang belulangku, kawan setia semasa hidup dulu,
betapa lega mayat ini menuju keluluhannya
Sebab telah kuterima persembahan tanpa mata dan
telinga: ulat-ulat ulung ini.
kini galilah kenanganku dengan
mantra, wahai engkau yang gemar
hidup, dan katakan
padaku apa masih ada siksaan
bagi jasad muda begini?
4.
Sebab ini kali aku belum akan moksa: api
akan meyakinkan bahwa aku masih fana.
Kini mesti kukembalikan tubuh pinjaman
yang compang-camping ini
kepada abu dan debu.
2010-2011