Tolong iya kak dijawab Nomor 3 sampai 6
Jawaban:
jawaban nomor 3
Ternyata, makan tiga kali awalnya berasal dari kebiasaan masyarakat Eropa yang pada akhirnya menjadi pola makan dunia baru. Itu sebabnya, dalam konteks kebiasaan, pola makan tiga kali dalam sehari ini tidak lepas dari kebiasaan yang dibentuk oleh masyarakat pada era terdahulu.
Revolusi Industri di Inggris pada pertengahan abad 19 mengubah masyarakat menjadi lebih modern. Salah satu ciri kemodernannya ini adalah terciptanya gaya hidup yang terstruktur alias berpola. Tidak terkecuali dengan urusan makan. Saat itu, para pekerja dipatok jam kerja yang ketat, maka mereka membiasakan sarapan untuk mengisi tenaga sepanjang hari.
Karena banyak pekerja yang menghabiskan waktu dari pagi hingga sore untuk bekerja, kebiasaan makan ini pun berlanjut, sehingga muncul jam makan siang sampai jam makan malam untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Lantas, berapa kali seharusnya kita makan dalam sehari?
Selama dua puluh empat jam sehari, seluruh organ dan sistem tubuh sibuk bekerja. Dalam waktu yang panjang ini, tubuh akan terus menerus membakar bahan bakar. Meski Anda tidak selalu makan setiap menit, biasanya tubuh akan menyimpan beberapa bahan bakar yang berasal dari makanan yang Anda makan, kemudian menyimpannya untuk digunakan sekarang atau waktu berikutnya.
Nah, itu sebabnya, saat tubuh dalam keadaan terjaga, makan secara teratur akan sangat membantu. Dengan makan teratur, secara tidak langsung Anda sudah membantu menyediakan pasokan bahan bakar bagi tubuh.
Kesimpulan
Jadi, berapa kali idealnya makan dalam sehari? Hmmm… jawabannya adalah semua bergantung pada kebutuhan tubuh Anda. Jika Anda suka makan dengan porsi sedikit, maka makanlah sebanyak 5-7 kali atau setiap 2-3 jam sekali. Sementara jika Anda tidak nyaman saat makan dengan porsi sedikit, makanlah 3 kali dalam sehari dengan porsi yang normal.
jawaban nomor 6
Setiap kita tentu pernah, bahkan sering mengalami hambatan dalam hidup. Hambatan tersebut ada yang ringan, dan ada pula yang berat. Yang ringan, tentu mudah untuk diatasi, tapi yang berat tentu akan sulit untuk diatasi. Demikian pula dengan respon kita terhadap hambatan tersebut. Ada orang yang cepat tanggap dengan hambatan yang menerpa hidup mereka. Ada pula yang demikian lambat, sehingga hambatan tersebut hampir merenggut kehidupan mereka.
Dengan segala hambatan dan rintangan tersebut, Tuhan menguji manusia, apakah manusia itu percaya atau tidak kepada-Nya. Untuk itu, Tuhan memberikan cara dan jalan untuk mengatasi semua hambatan. Tak ada hambatan yang tak teratasi. Tak ada masalah yang tak terselesaikan. Semua itu tergantung kepada manusia itu sendiri untuk mengatasinya. Berbagai jalan, cara, trik diberikan agar kita mampu mengatasi semua hambatan yang menghadang di depan kita. Semua itu tergantung kepada kita apakah mau atau tidak mengatasinya.
Berikut ini beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika kita berhadapan dengan masalah. Pertama. Memahami hambatan yang benar-benar dapat dihindari atau diatasi. Setiap hambatan, ada yang bias dihindari dan ada yang tidak. Kita harus mampu mengenali setiap hambatan tersebut beserta dengan segala hal yang mengikutinya. Besar kecil pengaruhnya, sulit dan tidaknya untuk diatasi, apa penyebabnya, dan harus mencari jalan untuk mengatasinya. Semua itu harus dilakukan agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
Kedua. Mengakui bahwa hambatan itu ada, dan bagaimana anda bereaksi terhadapnya. Reaksi merupakan respon kita terhadap hambatan yanga ada. Ada orang yang sangat peka dengan hambatan. Sekecil apapun hambatanyang ada pasti ketahui. Demikian sebaliknya, ada orang yang sangat lambat memahami hambatan yang sedang dihadapinya. Setelah hambatan tersebut menjadi besar baru ia sadar. Ini menunjukkan kesadaran dan reaksi kita terhadap semua hambatan yang ada. Kita perlu menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan hambatan. Ketika kita tahu akan hal itu, jangan pernah menganggapnya remeh. Ambil tindakan yang perlu dan sesuai untuk mengatasinya. Dengan demikian, semua hambatan yang terjadi dapat diatasi, setidaknya, hambatan tersebut dapat dilokalisir agar tidak menyebar kemana-mana.
Ketiga.