Tuliskan paribahasasunda beserta artinya​

Posted on

Tuliskan paribahasasunda beserta artinya​

1. Harus Saling Mengasihi

Kudu Silih Asih Silih Asah Jeung Silih Asuh.

Arti dari pepeling atau pepatah Sunda di atas ialah saling mengasihi, saling mengajari dan saling menjaga satu sama lain.

Sebagai mahluk sosal, dan bermasyarakat, manusia tentu tidak dapat hdiup sendiri, artinya membutuhkan orang lain.

Rasanya apabila pepatah ini mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang tersisa pastilah kedamaian.

 

Bagaimana tidak, setiap orang atau sesama saling mengasihi, saling mengajari dan memperhatikan satu sama lain.

2. Kesungguhan & Kerja Keras

Cai Karacak Ninggang Batu Laun Laun Jadi Dekok

Arti dari peribahasa di atas ialah tetesan air sedikit yang kena batu, lama kelamaan akan meninggalkan bekas pada batu.

Jika tidak percaya, coba perhatikan batu di sungai, tidak sedikit batu yang mengecil dan meninggalkan bekas tetesan air yang sedikit.

Jauh dari pada itu, peribahasa ini mengajarkan kepada kita untuk terus maju dengan kesungguhan, ketekunan dan keyakianan, sebab lambat laun yang dituju itu akan hasil dan nampak.

Ketika sedang bekerja, maka kerja dengan kesungguhan, sehingga yang dikerjakan terlihat dan nampak hasilnya.

 

Ketika sedang belajar atau study, tekunlah dalam belajar meskipun itu susah, hingga benar-benar paham dan mengerti.

3. Komitmen

Sacangreud Pageuh Sagolek Pangkek.

Komitmen, menepati janji serta konsisten. Kurang lebih itulah makna yang terdapa pada peribahasa Sunda di atas.

Orang baik atau tidak, salah satu ukutannya ialah tentang komitmen dan konsisten dalam suatu perkara.

Maka hendaklah diperhatikan saat kita berjanji dan memilih keputusan, jangan sampai temasuk ke dalam orang yang ingkar.

4. Kejujuran

Ngeduk Cikur Kedah Mitutur, Nyokél Jahé Kedah Micarék.

Jujur, tidak mengambil hak orang lain, tidak korupsi dan merugikan orang lain, kiranya menjadi bekal untuk menjalani kehidupan yang baik dan bahagia.

 

Bagaimana mungkin kebahagiaan itu akan datang, jika tidak jujur dan bahkan merugikan orang lain. Bukannya kebahagiaan yang datang, namun ketidak tenangan.

Orang Sunda jaman dahulu (kuno), sangat memegang erat kejujuran dalam kondisi apapun, mereka lebih baik hidup dalam kesederhanaan, dibandingkan hidup mewah tanpa kejujuran.

Hal ini sama halnya dengan orang padang, terlihat dari pepatah Minang yang menunjukan kejujuran.

Bahkan mereka amat memperhatikan sumber harta yang didapatkan dan dinikmati, jika sumbernya tidak jelas, maka lebih baik tidak memakannya.

Hendaknya memang demikianlah dalam bertindak dan berperilaku di dunia ini, dengan demikian ketenangan akan di dapat.

5. Ucapan & Perilaku

Kudu Hadé Gogog Hadé Tagog

 

Harus baik ucapan, baik pula penampilan dan perilakunya. Penampilan yang baik akan mendatangkan penghormatan dari orang lain, serta berwibawa.

Akan tetapi penampilan saja tidaklah cukup, sebab dibutuhkan hal lain, diantaranya ialah ucapan yang baik, sebagai perhiasan.

Ucapan yang baik, harus dibarengi dengan perilaku yang sesuai. Tentu tidaklah elok apabila ucapan tidak sesuai dengan perilaku.

Bahkan dikatakan orang yang paling buruk ialah dia yang ucapan dan perilaku tidak sesuai. Untuk itu hendaklah menyelaraskan antara perilaku dan ucapan.

6. Hikmah

Nimu Luang Tina Burang.

Pepatah Bahasa Sunda di atas memiliki arti menemukan hikmah dari suatu kejadian.

 

Kehidupan ini senantiasa dihiasi dengan kekecewaan dan kebahagiaan, saat menemukan kekecewaan rasanya akan rugi apabila kita tidak temukan hikmah di dalamnya.

Manusia yang mampu menemukan mutiara hikmah dalam setiap kejadian, akan menjadi orang yang terus berkembang.

7. Tidak Boleh Merusak dan Melupakan

Gunung Teu Meunang di Lebur, Sagara Teu Meunang di Ruksak, Buyut Teu Meunang di Rempak.

Pepatah ini rasanya menjadi nasehat yag sangat baik bagi orang-orang saat ini, sebab memiliki arti tidak boleh merusak alam dan tidak boleh melupakan nenek moyang.

Kenapa dianggap cocok dan relavan dengan kehidupan saat ini?

Seperti yang kita ketahui, masyarakat modern saat lebih mudah atau bahkan sangat mudah merusak alam, dan melupakan nenek moyang.

 

Manusia lebih tamak, serakah dan rakus, sehingga tidak heran merusak alam dan menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasrat mereka.

Ini menjadi sebuah teguran bagi kita semua, bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan di dunia ini.

8. Pandangan Diri Sendiri

Ulah Ngukur Baju Sasereg Awak

Dari pepatah Bahasa Sunda ini kita dapat belajar bahwa, tidak seharusnya kita menilai sesuatu dan mengukur dengan pandangan sendiri.

Karena pandangan sendiri bukan tidak mungkin keliru atau salah, pandangan sendiri itu biasa lebih subjektif.

Maka hendaknya terdapat penyeimbang, yaitu berupa pandangan lain, agar pandangan kita lebih objektif.