Ubahlah teks berita tulis menjadi bentuk lisan
Wacana Lisan dan Wacana Tulis
Pemahaman wacana lisan jauh lebih banyak daripada sekedar mengawakode simbol-simbol yang tertera pada halaman tulisan. Hal itu menyangkut pengakuan akan apa yang sudah diketahui dan pengintegrasian yang baru ke dalam dasar pengetahuan yang sudah ada pada seseorang. Hal ini disebabkan dalam membaca kita membawa sejumlah besar informasi ke dalam teks dan mengambil sejumlah besar kesimpulan berdasarkan pengetahuan dasar atau pengetahuan skematis. Jika pengetahuan skematis tidak ada atau cacat, pemahaman akan terhalang. Hal ini sudah ditunjukkan oleh Steffensen (1981) yang dikutip kembali oleh Silangen (1992:67). Ia mengatakan:
tidak ada situasi yang umum, “situasi” (atau kerangka acuan) yang dikehendaki ada di dalam teks dan harus disimpulkan dari teks.
kata-kata berdiri sendiri. Mereka tidak ditopang oleh perilaku nonverbal (yang kita sebut peniruan) dan perilaku jamahan atau pernyataan verbal.
tak ada kesempatan untuk umpan balik kepada sumber. Jika asumsi penulis mengenai keadaan “w” dibesar-besarkan, tergantung pada pembacalah untuk menutup celahnya dengan cara sendiri.
membaca adalah monoton, tidak terputus-putus. Kurang kesempatan bagi pembaca untuk memberi respon yang terbuka. Jika ia memberikan respon yang terbuka (tertawa atau menuliskan catatan dan sebagainya), tulisan itu langsung diperkuat. Penulis tidak tahu apa tentang respon terbuka itu.
pengeditan teks dapat menghalangi pemahaman. Kesalahan dan hentian dalam bahasa lisan justru sesuai dengan titik-titik kemacetan dalam gerakan pikiran pembaca. Mereka mengisyaratkan kesulitan dan menyediakan waktu mengatasinya, baik pendengar maupun pembaca.
karena teks lebih lengkap daripada ujaran, teks cenderung lebih padat. Bagi pembaca yang belum dewasa teks juga tidak dikenal dalam hal pemilihan kata dan gaya. Bahasa adalah miliknya, gaya adalah asing.
penulis mengurutkan bahannya. Akan tetapi, urutan yang menurutnya terbaik mungkin bukan yang terbaik bagi pembaca tertentu
maaf klo slh